Santri Berpolitik untuk Memastikan Kemaslahatan Umum Dijalankan dengan Benar

- Jurnalis

Jumat, 18 Oktober 2024 - 15:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banda Aceh | Atjeh Terkini.id-Pengantar: Setiap 22 Oktober, diperingati sebagai Hari Santri. Peringatan ini berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015. Penetapan Hari Santri merujuk pada seruan Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Resolusi ini mewajibkan para santri dan ulama untuk membela tanah air serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari upaya pasukan sekutu yang ingin menjajah kembali bumi pertiwi. Berikut adalah wawancara Indra Kariadi dengan Guru Besar dalam Bidang Politik Islam di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe sekaligus Pimpinan Dayah Jamiah Al-Aziziyah Samalanga, Prof. Dr. Tgk. H Muntasir A. Kadir, MA, terkait peran politik santri.

Apa definisi politik dari perspektif santri?

Dari perspektif santri, politik adalah usaha untuk mewujudkan kemaslahatan umum yang berlandaskan nilai-nilai Islam seperti keadilan, amanah, dan tanggung jawab. Bagi santri, politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian kalangan. Lebih dari itu, politik adalah sarana untuk melayani masyarakat secara luas, tidak terbatas hanya pada prosesi keagamaan. Politik menjadi media bagi santri untuk memainkan peran kemaslahatan dengan berbagai cara, termasuk terlibat dalam kontestasi politik dan bersinergi dengan berbagai pihak demi mewujudkan maslahat yang ingin dicapai.

Bagaimana sejarah politik bagi santri di Aceh?

Sejarah politik santri di Aceh telah dimulai sejak masuknya Islam ke wilayah ini. Namun, peran santri di bawah bimbingan ulama sangat signifikan dalam konteks politik terutama saat melawan penjajah Belanda pada periode 1873–1904. Sejarawan seperti Muhammad Said dalam Aceh Sepanjang Abad mencatat bahwa ulama bertindak sebagai pemimpin spiritual dan politik, memimpin santri serta masyarakat untuk melawan penjajah dan menjaga nilai-nilai Islam di Aceh. Salah satu contoh yang penting adalah peran Teungku Chik di Tiro. A. Hasjmy mencatat bahwa pada tahun 1874, sekitar 500 pemimpin dan ulama berkumpul untuk bermusyawarah mempertahankan Aceh dari Belanda, dipimpin oleh Imuem Lueng Bata dan Teuku Lamnga. Sejak itu, berbagai fatwa jihad dikeluarkan oleh para ulama, termasuk oleh Teungku Chik di Tiro.

Baca Juga :  4 Dewan Hakim Asal Aceh Jadi Dewan Hakim di MTQN ke-30 Kaltim

Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan bahwa santri di bawah asuhan ulama telah memainkan peran penting dalam pergerakan politik. Ini wajar, karena santri memiliki keunggulan yang tidak dimiliki politisi lain: pengetahuan agama yang mendalam.

Bagaimana santri mengaktualisasikan peran politik untuk masyarakat?

Santri tidak asing dengan masyarakat. Sejak dini, santri telah diamanatkan untuk terjun langsung dalam kehidupan sosial, mendidik, dan menerapkan pelajaran agama yang mereka dapatkan di dayah. Oleh karena itu, dalam hal politik, tidak sulit bagi santri untuk mengaktualisasikan perannya di tengah masyarakat. Santri bisa menjadi teladan dalam kepemimpinan, baik melalui etika, sopan santun, maupun dengan memperjuangkan kemaslahatan umum. Yang lebih penting, santri mampu mengintegrasikan ilmu agama dalam pengambilan kebijakan publik.

Sering kali kita melihat bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh pejabat tidak memperhatikan nilai-nilai agama. Contohnya, dalam pengelolaan zakat. Zakat yang seharusnya diambil dari orang-orang kaya justru tidak diambil, sementara yang tidak seharusnya diambil malah ditarik. Ini bertentangan dengan fiqih yang telah diajarkan. Padahal, zakat menyimpan potensi dana yang besar, yang jika dikelola dengan benar, bisa sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Baca Juga :  Peserta Khattil Qur'an Aceh 8 Jam Berjuang di Hari Pertama Babak Penyisihan MTQN ke-30

Apa tujuan dari seorang santri menjadi politisi?

Tujuan santri dalam berpolitik cukup beragam, namun ada beberapa yang sangat penting untuk dikemukakan. Tujuan pertama adalah memastikan bahwa maslahah ammah (kemaslahatan umum) dijalankan dengan benar. Seperti yang disebutkan oleh Al-Mawardi dalam Kitab Ahkamus Sultaniyah, kemaslahatan umum adalah tujuan utama dari Syariat Islam. Namun, kemaslahatan ini sulit terwujud hanya dengan menjadi santri tanpa menempuh jalur politik. Di dayah, santri mempelajari konsep kemaslahatan hampir setiap hari, tetapi tidak mudah menerapkannya tanpa kekuasaan.

Contohnya, dalam upaya memberikan hak pendidikan bagi semua orang, ini sulit diwujudkan tanpa kekuasaan. Dengan terlibat dalam politik, seorang santri yang menjadi anggota legislatif atau eksekutif bisa memanfaatkan posisinya untuk memberikan lebih banyak beasiswa dan memajukan pendidikan yang merata.

Selain itu, kemaslahatan di bidang kesehatan, keadilan sosial, perlindungan lingkungan, tata kelola pemerintahan yang baik, dan upaya memperkuat persatuan, semuanya hampir mustahil terwujud tanpa jalur politik. Dengan terjun dalam politik, santri dapat memperjuangkan kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan tujuan-tujuan tersebut. (**).

Berita Terkait

Menghilangkan Sikap Apatisme dan Pesimisme di Kalangan Kaum Muda
Memerdekaan Diri Dan Tidak Menyakiti Orang Lain
Pj Gubernur Sebutkan Penerapan Syariat Islam Sangat Penting Cegah Kriminal dan Asusila
14 Peserta Kafilah Aceh Tampil Sukses di MTQ Samarinda
Tim Syarhil Putri Kafilah Aceh Tampil Energik dan Memukau Penonton di Babak Penyisihan MTQN ke-30
Peserta Khattil Qur’an Aceh 8 Jam Berjuang di Hari Pertama Babak Penyisihan MTQN ke-30
4 Dewan Hakim Asal Aceh Jadi Dewan Hakim di MTQN ke-30 Kaltim
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 18 Oktober 2024 - 15:16 WIB

Menghilangkan Sikap Apatisme dan Pesimisme di Kalangan Kaum Muda

Jumat, 18 Oktober 2024 - 15:11 WIB

Santri Berpolitik untuk Memastikan Kemaslahatan Umum Dijalankan dengan Benar

Rabu, 16 Oktober 2024 - 13:08 WIB

Memerdekaan Diri Dan Tidak Menyakiti Orang Lain

Minggu, 6 Oktober 2024 - 20:58 WIB

Pj Gubernur Sebutkan Penerapan Syariat Islam Sangat Penting Cegah Kriminal dan Asusila

Selasa, 10 September 2024 - 21:05 WIB

14 Peserta Kafilah Aceh Tampil Sukses di MTQ Samarinda

Berita Terbaru

Kriminal

Pelaku Penyiraman Air Keras Dilimpahkan ke Kejaksaan

Kamis, 20 Mar 2025 - 18:09 WIB