Apatisme adalah sikap acuh tak acuh atau tidak peduli terhadap situasi sosial, politik, dan lingkungan di sekitarnya. Mereka yang apatis cenderung menutup mata terhadap masalah-masalah yang terjadi dan tidak ingin terlibat dalam perubahan. Sedangkan pesimisme adalah pandangan negatif terhadap masa depan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sikap apatisme dan pesimisme di kalangan kaum muda. Pertama, tekanan sosial dan ekonomi yang berat membuat mereka merasa tertekan dan kehilangan semangat. Ketidakstabilan ekonomi, sulitnya mendapatkan pekerjaan, dan biaya pendidikan yang tinggi bisa membuat mereka merasa bahwa usaha mereka akan sia-sia.
Kedua, kurangnya motivasi dari lingkungan sekitar, termasuk keluarga dan sekolah, sering kali menjadi penyebab utama.
Ketiga, kemajuan teknologi, terutama media sosial, sering kali membuat kaum muda lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya tanpa terlibat dalam kehidupan nyata. Hal ini menciptakan keterasingan sosial. Mereka merasa tidak memiliki peran yang berarti dalam masyarakat.
Jika sikap apatisme dan pesimisme ini terus dibiarkan, dampaknya akan sangat merugikan, baik bagi individu, ummat, dan bangsa. Secara individu, sikap apatis dan pesimis bisa menghalangi perkembangan diri. Mereka kehilangan kesempatan belajar, tumbuh, dan berkarya. Secara sosial, hal ini dapat menurunkan partisipasi kaum muda dalam kegiatan sosial, politik, dan ekonomi, yang pada akhirnya memperlambat laju pembangunan ummat dan bangsa.
Karena itu, diperlukan tindakan nyata mengatasi apatisme dan pesimisme kaum muda dengan membangun rasa percaya diri, meningkatkan kesadaran sosial, dan menumbuhkan optimisme melalui keteladanan. Dapat juga dilakukan dengan meningkatkan dukungan keluarga dan sekolah/kampus, serta meningkatkan peran media yang islami. (**)