Keberhasilan dan kegagalan adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus dihadapi setiap orang. Keberhasilan memberi kita rasa bangga, sementara kegagalan mengajarkan pelajaran penting yang membuat kita tumbuh.
Dalam perjalanan mimpi dan rasa syukur, keduanya bersama-sama Keberhasilan membentuk karakter dan pandangan hidup kita. Kisah ini berfokus pada seorang gadis bernama Nadya, yang terjebak dalam ambisi dan harapan yang tinggi. Sejak SMP, Nadya bertekad untuk menjadi apoteker.
Profesi itu adalah sesuatu yang dianggapnya mulia, penuh tantangan, dan terhormat. Bagi Nadya, menjadi apoteker berarti bisa membantu orang dengan ilmunya, ia ingin menyembuhkan banyak orang dan juga ia ingin membuat perubahan nyata dalam kehidupan masyarakat. Ia juga kagum melihat profesi ini sebagai simbol kesehatan dan penyembuhan, sebuah peran yang bisa ia banggakan.
Sejak kecil, Nadya sering menghabiskan waktu di apotek milik bundanya.Ia terpesona melihat bagaimana para apoteker memakai jas putih sedang menjelaskan obat kepada pasien dengan ramah, menjawab pertanyaan mereka dengan percaya diri, dan memberikan solusi atas masalah kesehatan yang mereka hadapi.
Dari situlah, benih cita-cita itu ditanamkan dalam pikirannya dan telah ia bawa selama bertahun tahun.Nadya merasa bahwa dunia farmasi bukan sekadar tentang obat-obatan, tetapi tentang memberi harapan dan kesehatan kepada orang lain. Dalam pikirannya, menjadi apoteker adalah puncak prestasi dan pengabdian yang nyata terhadap masyarakat.
Sejak dini, Nadya menyadari bahwa profesi apoteker membutuhkan kerja keras, ketekunan, dan disiplin. Ia sering mendengar dari bundanya atau para pekerja di apotik bundanya,bahwa menjadi apoteker adalah jalan yang sulit. Namun, Nadya tak menyerah begitu saja. Ia belajar dengan keras, mengikuti aturan, dan tak kenal lelah untuk mencapai tujuannya.
Setiap malam, ia menghabiskan waktu di depan meja belajar, mengulang materi, dan memperkuat pemahamannya dalam pelajaran sains dan matematika. Impian itu membuatnya tetap bersemangat, mendorongnya untuk terus berjuang.
Di SMA, Nadya semakin fokus pada jurusan IPA. Ia memilih mata pelajaran yang berhubungan dengan sains, seperti biologi dan kimia. Dalam setiap ujian, ia berusaha mendapatkan nilai tertinggi dan berkompetisi dengan teman-temannya. Di samping belajar, ia juga aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seperti klub sains dan lomba-lomba ilmiah.
Nadya merasa bahwa semua usaha dan pengorbanan yang ia lakukan adalah investasi untuk masa depannya. Setiap detik dan energi yang ia curahkan terasa begitu bermakna, karena ia tahu itu semua adalah bagian dari perjalanan menuju cita-cita.
Saat memasuki tahun terakhir SMA, Nadya semakin giat belajar. Ia mengikuti bimbingan belajar khusus untuk mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Dalam waktu-waktu luang, ia tidak ragu untuk bertanya pada guru tentang materi yang sulit. Nadya juga menyusun rencana belajar yang disiplin, menjadwalkan waktu untuk setiap mata pelajaran yang akan diujikan.
Semua orang di sekelilingnya, terutama teman-teman dan keluarganya, melihat betapa gigih dan tekunnya ia berjuang. Namun, pada 26 Maret 2024, pukul 15.00, harapan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun hancur dalam sekejap.
Saat pengumuman perguruan tinggi diumumkan, Nadya menunggu dengan cemas di depan layar komputer. Tangannya gemetar saat membuka laman pengumuman, membayangkan bahwa ia akan segera melihat namanya tercantum sebagai mahasiswa jurusan farmasi. Namun, saat melihat hasilnya, ia terkejut.
Nama Nadya terdaftar di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,jurusan yang ia pilih karena ketidaksengajaan, bukan di jurusan Farmasi seperti yang diharapkannya.
Dunia Nadya seolah hancur.Baginya, menjadi guru tak pernah ada dalam rencana hidupnya. Semua usahanya, setiap pengorbanan yang ia lakukan selama ini, terasa sia-sia. Ia merasa kecewa, terluka, dan mulai menyalahkan diri sendiri.
Rasa putus asa menghampiri Nadya; ia merasa bahwa ia tidak cukup baik, bahwa ia telah gagal memenuhi harapannya sendiri. Pikiran itu mulai menghantuinya, membuatnya terpuruk dalam kekecewaan yang mendalam. Tetapi ia tetap melanjutkan jurusan yang ia dapat dikarenakan keterpaksaan dan tidak ada pilihan lain.
Dan ketika perkuliahan dimulai itu menjadi hari yang sangat berat untuknya.Nadya merasa asing di lingkungan barunya. Setiap kali melihat teman-temannya yang penuh semangat menjalani kuliah, ia merasa iri. Mereka semua tampak begitu yakin dan bahagia dengan pilihan mereka, mereka bangga dengan apa yang mereka dapatkan,sementara Nadya merasa terjebak dalam mimpi yang bukan miliknya.
Ia sulit bersosialisasi, merasa terasing, dan kehilangan semangat dalam belajar.Padahal, Nadya dikenal sebagai sosok yang ceria, extrovert, dan penuh energi. Namun, sejak hari pengumuman itu, separuh dirinya seolah hilang, dan ia tak lagi menjadi Nadya yang sama.
Dalam keputusasaan, Nadya menceritakan semua itu kepada ibunya, berharap mendapatkan izin untuk berhenti kuliah. Ia merasa berat melanjutkan, merasa terjebak dalam impian yang bukan miliknya. Namun, sang ibu memberi nasihat penuh kasih, “Kak, kalau di pikiranmu selalu tentang kegagalan dan kekecewaan, kamu sudah gugur sebelum berperang.
Mama tidak pernah meminta apapun darimu, tapi kali ini Mama ingin kamu lanjutkan jurusan ini. Mama percaya kamu bisa, dan doa Mama selalu menyertaimu. Gagal itu wajar,kak. Dari kegagalanlah kamu belajar lebih hati-hati dalam melangkah.Walaupun kamu perempuan, Kamu harus bisa berdiri di kaki mu sendiri. Mama tak ingin kamu merasakan hal yang sama seperti yang Mama alami.
Nasihat tersebut menyentuh hati Nadya. Sang ibu adalah sosok kuat yang telah menghadapi berbagai cobaan dalam hidup. Dengan segala tantangan dan kesulitan yang pernah dilaluinya, ibunya tetap tegar dan mandiri. Setelah Nadya mendengar kisah ibunya, Nadya mulai merenungkan kehidupannya sendiri. Ia menyadari bahwa meskipun impiannya tidak terwujud, ia masih memiliki kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan menciptakan sesuatu yang berarti dalam hidupnya. Dia tidak boleh kalah dengan kekecewaan yang berlarut larut. Kecewa boleh, tapi bukan berarti harus menyerah.
Dari situ, ia mulai menemukan kembali tekadnya yang hilang. Perlahan, ia berusaha bersyukur dan menerima kenyataan bahwa mungkin menjadi guru adalah hal terbaik dari tuhan. Dengan penuh keyakinan, ia berkata bahwa ia akan menjadi guru yang baik. Dan Ia mulai merasa bangga bisa mengejar gelar S.Pd., dan berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat ibunya bangga. Nadya belajar untuk menerima takdir yang telah digariskan Tuhan.
Dalam proses penerimaannya, Nadya mulai melihat profesi guru dari sudut pandang yang baru. Ia sadar bahwa profesi ini juga memberikan kesempatan untuk berkontribusi bagi orang lain, sama seperti profesi apoteker. Ia menyadari bahwa sebagai guru, ia memiliki kesempatan mendidik calon-calon apoteker, dokter, ilmuwan, atau bahkan guru di masa depan. Ia mulai memahami bahwa setiap profesi memiliki perannya masing-masing, dan tidak ada yang lebih mulia dari yang lain. Hanya perspektif yang berbeda.
Nadya kini sadar bahwa, sebaik apa pun kita merencanakan hidup, takdir Tuhan tetap yang menentukan. Menjadi guru mungkin tidak sekeren menjadi apoteker, tetapi sebagai guru, ia memiliki kesempatan mendidik calon-calon apoteker di masa depan. Ia memahami bahwa profesi guru adalah panggilan yang mulia, yang tak semua orang mampu jalani. Kini, ia tak lagi kecewa dengan jalan yang Tuhan berikan.
Seiring berjalannya waktu, Nadya berusaha keras untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya di perguruan tinggi. Ia mulai terlibat dalam berbagai kegiatan di kampus, seperti organisasi mahasiswa, seminar, dan berbagai workshop. Nadya juga aktif mencari pengalaman dengan menjadi relawan di sekolah-sekolah dasar di sekitarnya. Pengalaman itu memberinya wawasan baru tentang dunia pendidikan dan memperkuat tekadnya untuk menjadi guru yang inspiratif.
Selama menjalani kegiatan tersebut, Nadya bertemu dengan banyak orang yang memiliki visi dan misi yang sama. Mereka saling mendukung dan mendorong satu sama lain untuk terus belajar dan berkembang. Melalui interaksi ini, Nadya merasa menemukan kembali semangat yang sempat hilang. Ia mulai menyadari bahwa setiap orang memiliki jalan dan tujuan hidup yang berbeda, dan tidak ada salahnya untuk berjuang di jalur yang telah ditetapkan Tuhan.
Nadya juga mulai memahami bahwa mengajar adalah seni yang memerlukan keterampilan dan kreativitas. Ia bertekad untuk mengasah kemampuannya dalam mengajar, belajar tentang metode pengajaran yang inovatif, serta cara-cara menarik untuk menyampaikan materi kepada siswa. Ia bahkan mulai mengembangkan program pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif untuk anak-anak di sekolah tempatnya menjadi relawan.
Selama proses tersebut, Nadya menyadari bahwa ada kekuatan dalam proses memberikan pengajaran. Setiap kali ia melihat senyum di wajah anak-anak ketika mereka memahami sesuatu yang baru, ia merasakan kebahagiaan yang tak ternilai. Ia menyadari bahwa meskipun mimpinya untuk menjadi apoteker tidak terwujud, ia menemukan makna baru dalam kehidupannya melalui profesi guru.
Dalam satu kesempatan, ia menghadapi sebuah tantangan besar. Saat itu, sekolah tempat Nadya menjadi relawan mengadakan kompetisi sains bagi siswa. Meskipun ia bukan seorang apoteker, Nadya bertekad untuk membantu anak-anak memahami konsep-konsep sains dengan cara yang menyenangkan. Ia merancang serangkaian kegiatan sederhana dan menarik, mengajak anak-anak berpartisipasi langsung dalam eksperimen.
Momen itu menjadi sangat berkesan bagi Nadya. Melihat anak-anak bereksperimen, perdebatan, dan saling berbagi pengetahuan membuatnya merasa bahwa inilah panggilan sejatinya. Dalam hatinya, ia menyadari bahwa mendidik anak-anak bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang membangkitkan rasa ingin tahu, menggugah semangat, dan menciptakan lingkungan yang mendukung proses mengamati,memeriksa,dan mempelajari sesuatu.
Kegiatan tersebut tidak hanya meningkatkan semangat belajar anak-anak, tetapi juga membangun hubungan yang kuat antara Nadya dan siswa-siswanya. Mereka tidak lagi melihatnya hanya sebagai seorang relawan, tetapi sebagai guru yang peduli dan selalu siap membantu.
Dari pengalaman itu, Nadya mulai berani bermimpi lagi—kali ini, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk masa depan anak-anak yang ia ajar. Setiap hari, Nadya semakin menemukan kepuasan dalam perannya sebagai seorang pendidik. Ia terus berusaha keras untuk meningkatkan kemampuannya, mengikuti seminar, membaca buku tentang pendidikan, dan mencari inspirasi dari guru-guru yang ia kagumi.
Ia juga mulai menulis tentang pengalamannya dalam mengajar, berharap bisa berbagi cerita cerita inovatif dan ide-ide dengan orang lain.
Suatu ketika, saat ia sedang menonton suatu vidio yang mencerita tentang guru bernama Petrer Mokaya Tabichi yang berasal dari kenya,yang mengajarkan matematika dan fisika di pedalaman kenya,beliau juga mendonasikan 80% gajinya untuk murid- murid kurang mampu, agar tetap bersekolah.
Dan juga beliau dinobatkan sebagi guru terbaik di dunia pada tahun 2019, dan mendapatkan hadiah sebanyak 15 miliar, dan juga memenangkan lebih dari 10.000 nominasi lain dari 179 negara,dan uang yang beliau dapatkan di alokasikan ke sekolah tempat beliau mengajar.Dari ceritanya, Nadya tergerak untuk melakukan sesuatu yang lebih berarti, untuk tidak hanya menjadi guru di dalam kelas, tetapi juga menjadi seorang guru yang melakukan perubahan di luar kelas.
Kembali ke kampus, Nadya memutuskan untuk memulai sebuah proyek penggalangan dana untuk membantu sekolah-sekolah yang kekurangan sumber daya. Ia melibatkan teman-temannya dalam proyek tersebut, dan bersama-sama mereka merancang rencana yang solid. Mereka mengumpulkan donasi, menyelenggarakan acara amal, dan menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi. Nadya merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk memberikan kembali kepada masyarakat dan membantu anak-anak yang tidak memiliki akses pendidikan yang memadai.
Melalui semua kegiatan ini, Nadya mulai merasa bahwa hidupnya kembali bermakna. Meskipun jalannya tidak sesuai dengan harapannya, ia belajar untuk melihat keindahan dalam setiap momen, menemukan kekuatan dalam menghadapi kegagalan, dan mengubah rasa sakit menjadi motivasi untuk berbuat baik. Dari pengalaman-pengalaman itu, Nadya menjadi lebih dewasa dan bijaksana.
Ia menyadari bahwa hidup adalah tentang bagaimana kita merespons setiap keadaan yang datang. Ketika dia menghadapi rintangan, alih-alih menyerah, ia belajar untuk beradaptasi dan terus berusaha. Dalam setiap kegagalan, ia menemukan kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
Nadya juga mulai mengajarkan nilai-nilai tersebut kepada siswa-siswanya. Ia mengajarkan mereka bahwa tidak ada yang salah dengan gagal, dan yang terpenting adalah bagaimana kita bangkit setelah jatuh. Ia menekankan pentingnya sikap positif dan usaha keras. Dalam setiap pelajaran, Nadya berusaha menanamkan keyakinan bahwa mereka semua memiliki potensi untuk mencapai mimpi mereka, apa pun bentuknya.
Akhirnya, saat wisuda tiba, Nadya merasakan campuran rasa bangga dan haru. Ia tidak hanya lulus dengan gelar S.Pd., tetapi juga membawa bersama pengalaman berharga yang telah membentuknya menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam pidato wisudanya, ia berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya dan pentingnya percaya pada diri sendiri. “Kita semua memiliki mimpi yang mungkin tidak selalu terwujud sesuai rencana, tetapi percayalah bahwa ada alasan di balik setiap perjalanan yang tidak sesuai rencana.”
Mari kita belajar dari setiap kegagalan dan terus berusaha untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik kedepannya.”Setelah wisuda, Nadya berkomitmen untuk terus menjadi guru yang inspiratif. Ia bergabung dengan sebuah sekolah di daerah yang kurang terlayani, di mana ia merasa bisa memberikan dampak lebih besar. Setiap hari, ia menantang dirinya untuk menjadi lebih baik dan lebih kreatif dalam mengajar. Nadya bertekad untuk membuka wawasan siswa-siswanya dan mengajak mereka mengeksplorasi potensi mereka.
Dia juga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengambil gelar magister dalam bidang pendidikan, untuk lebih memahami dan mengembangkan metode pengajaran yang efektif kepada siswa. Nadya berharap bisa memberikan upaya yang lebih besar dalam dunia pendidikan, terutama dalam menciptakan kurikulum yang lebih adil dan setara,dimana setiap orang memiliki kesempatan untuk berkontribusi dan menikmati hak-hak mereka.
Dalam perjalanan ini, Nadya belajar bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan, dalam hidup pasti ada kegagalan yang bisa di jadikan pengalaman,dan setiap pengalaman itu baik manis maupun pahit, memberikan pelajaran berharga. Ia kini mampu melihat kegagalan sebagai langkah menuju kesuksesan dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Dengan semua yang telah dilalui, Nadya kini menemukan kedamaian dalam hatinya. Ia menyadari bahwa meskipun mimpinya untuk menjadi seorang apoteker sukses tidak terwujud, namun hal yang telah ia dapat sekarang juga tidak kalah keren ,dan sekarang ia telah menemukan jalannya sendiri yang tak kalah berartinya. Nadya berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berjuang,tidak hanya untuk mimpi-mimpinya, tetapi juga untuk masa depan anak-anak yang ia ajar dan masyarakat yang ia layani.
Penulis: Nadyatul Syafikah
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.