Usai magrib, Takbir berkumandang. membahana dengan pengeras suara. Di Masjid, Surau, Musholla, bahkan pawai Takbiran mengunakan kendaraan.
Beduk di tabuh bak irama kemenangan. Teriakan “Allah Hu Akbar, Allah hu Akbar, Walillah Ilham” oleh orang – orang di dalam mobil dengan lantang.
Puluhan kendaraan mengintari kota,, pawai bersuka cita, karena puasa yang telah usai diakhiri dengan Hari Raya. Ribuan masyarakat ikut gembira, berjejer pinggir jalan tonton takbiran.
Dalam kerumunan itu, seorang ibu tua dengan tiga anaknya larut bahagia menyaksikan pawai. Ia mengenakan pakaian lusuh demikian juga dengan anaknya.
Ceria mereka seakan menutupi duka di hari raya. Mereka tertawa lepas melambaikan tangan kearah mobil yang beriringan seraya ikut melafalkan takbir.
Melihat keadaan itu, awak media Atjehterkini.id menjadi sedikit curiga dan lansung bertanya. “Dari mana buk,” tanya ku. Ibu itu langsung menjawab, “dekat – dekat sini aja, ikut nonton takbiran,” ujarnya.
“Oh ya,” jawabku. Dari sorot matanya, saat berbicara dengan ku, wajah duka yang tak mampu disembunyikan di balik hijabnya yang kumal.
Ia tampak murung, gesturnya memperlihatkan seluruh kesedihannya. Ada sesuatu yang di sembunyikan dari sorot matanya yang binar. “Mungkin tak ada apapun untuk lebaran,” hati ku membatin.
“Mak, adek belikan kembang api ya,” tiba – tiba anaknya yang bontot bicara. Ibu itu langsung menghela, “Tapi tadi janji ngak minta apa – apa, hanya nonton pawai saja,” kata ibu itu.
Tanpa lama, tiba – tiba ibu itu beranjak dari keramaian dan hilang di kerumunan. Mirisnya, ibu itu tak mau menyebutkan identitas dan tempat asalnya.
Sekilas terlihat dan sedikit menyimpulkan. Ibu tiga anak itu menyambut idul Fitri 1446 Hijriah ini dengan tatapan hampa namun penuh sukacita. Jangankan baju baru untuk anaknya, makanan enak serta lainnya, mungkin juga tak ada.
Namun, ia dan anaknya terlihat tetap bahagia dengan berlapang dada. Mirisnya,,, Ya Allah,,,,nasib salah seorang hambamu itu.(**)