Langsa | Atjeh Terkini – Pembina Yayasan Geutanyoe Aceh Nasruddin menyebut banjir disebabkan luasnya pembukaan lahan sawit yang mencapai puluhan ribu hektar di area hutan tropis Provinsi Aceh.
“Pembukaan lahan perkebunan Kelapa Sawit, jangankan pohon besar, rumput aja ditebas. Pohon sawit tidak menyerap air karena akar serabut, beda dengan pepohonan lain yang memiliki akar tunggal yang mampu menyerap dan menyimpan air,” ujar Nasruddin dihadapan para puluhan peserta dari PWI Langsa dan mahasiswi IAIN Langsa academic Partner IAIN Langsa di Noka coffe Langsa, Rabu (24/12/25).
Lanjutnya, berdasarkan observasi ke lapangan ada puluhan ribu hektar hutan di hulu Kabupaten Aceh Tamiang di tebas dijadikan perkebunan sawit. Demikian halnya dengan daerah lainnya yang juga memiliki lahan perkebunan sawit.
Luas lahan sawit yang masif ini, mencapai 35.188 hektare, menunjukkan deforestasi signifikan di daerah hulu. Skala ini sangat besar dan berpotensi mengganggu fungsi ekologis hulu sebagai penyimpan dan pengatur air.
Dari 35.188 hektar, pihaknya menemukan lahan terlarang yang di tanami sawit yaitu 488 hektar berada dikawasan taman Nasional. Hutan lindung seluas 525 hektar.
Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan observasi penggundulan hutan dijadikan lahan perkebunan sawit menjadi salah satu penyebab terjadi banjir.
“Hari ini kita berbicara tentang penanggulangan bencana, tapi tak pernah memikirkan tentang mencegah terjadinya bencana banjir,” paparnya.
Dikatakan, seperti pemadam kebakaran hanya bertugas memadamkan api, tapi tak pernah mensosialisasikan pencegahan terjadinya kebakaran.
“Harusnya pemerintah melakukan hal itu, agar banjir tidak terjadi lagi beberapa tahun kedepan. Pembukaan lahan perkebunan sawit harus di tinjau kembali,” kata Nasruddin lagi.
Dampak banjir terlihat nyata, seluruh sektor kehidupan masyarakat rusak. Menurutnya, Kabupaten Aceh Tamiang paling parah, ratusan rumah warga terseret banjir sekalian dengan sejumlah fasilitas umum lainnya.
“Dua hari lagi genab sebulan bencana banjir melanda Aceh, namun Aceh Tamiang masih berstatus darurat,” pungkas Nasruddin.(**)














