Langsa | Atjeh Terkini.id – Wajah keriput di balut hijab kumal mengenakan caping, tangan cekatannya meracik jamu. Kebaya batik khas Jawa jadul dikenakannya. Disambut senyum ramah seraya menyuguhkan gelas berisi jamu, ia menyilahkan minum.
“Ini pak jamunya, silahkan di minum, apa ditambahkan manisnya?,” ujar Sumiati (67) terbata seraya bertanya, karena jamu yang di suguhkan pahit rasanya.
Penjual jamu ini, ditemui Atjeh Terkini.id di perempatan Simpang Blang Pase Pusat Kota Langsa saat menjajakan jamu tradisional, Rabu (01/01/25) pagi.
Hari pertama Tahun Baru 2025 tak berarti apapun baginya. Hanya pergantian perhitungan waktu penanggalan masehi. Tak ada pencapaian yang menjadi target dalam kehidupan sehari-hari dimasa depan.
“Tak ada harapan apapun tahun baru ini, hanya berdoa dan menjalankan ibadah kepada Allah SWT semoga diberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidup, itu saja,” ujar Sumiati memelas.
Perempuan tua renta dan ringkih ini, adalah warga Gampong Matang Seulimeng, Kecamatan Langsa Barat. Ia mengaku mendapatkan cuan rata – rata Rp 50 ribu perhari terkadang juga lebih usai berdagang.
Dengan penghasilan tersebut, ia membiayai kebutuhan hidupnya. Saban hari menjajakan jamu, tak ada hari libur, terkecuali dalam keadaan sakit.
“Kalau di bilang cukup, ya tidak cukup, tapi bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang penting bersyukur kepada Allah SWT atas rezeki yang diberikan,” ujarnya terbata.
Menurutnya, usaha jualan jamu sudah dilakoni puluhan tahun dengan meracik jamu tradisionalnya sendiri. Pengetahuan tentang ini di dapatkan dari orang tuanya.
Sayangnya, ia tidak banyak bercerita panjang lebar, memberikan informasi tentang keluarga dan hal lainnya serta tak mau di foto dan foto ini tanpa sepengetahuannya. Sesekali tersenyum seraya menganggukkan kepalanya ketika di tanya.
Pagi itu mulai ramai, seramai kendaraan lalu lalang di persimpangan pusat Kota Langsa. Meski matahari mulai naik, menyibak dibalik awan, si nenek tetap optimis menjajakan jamu dengan menawarkan kepada setiap orang.
“Jamu pak, jamu buk,” tukas si nenek seraya tersenyum ringkih kepada orang – orang yang melintas di jalanan.
Tak ada asa baginya dalam menyabut hari pertama tahun 2025, yang ada hanya sejumlah pelanggan menunggu antrian untuk meneguk secangkir jamu racikannya. Tangan cekatan nenek silih berganti memberikan minuman jamu.
“Semoga di berikan keberkahan dan kesehatan oleh Allah SWT kepada nenek penjual jamu,” penulis membatin.(Red)