Pengaruh Budaya Terhadap Komunikasi Pemimpin

- Jurnalis

Kamis, 6 Maret 2025 - 05:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup seorang diri tanpa ada bantuan dari orang lain, karena itu manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hasil dari interaksi antara manusia dengan sesamanya itulah yang menghasilkan rupa-rupa budaya. Manusia berkembang dengan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga menyebabkan interaksi antar golongan semakin berkembang pula. Begitu halnya dengan daerah-darah juga menjadi semakin berkembang mengikuti arus dari waktu ke waktu, sehingga daerah harus memiliki sesuatu hal yang dapat menjadi ciri khas ataupun identitasnya.

Provinsi Aceh juga harus terbuka terhadap adanya pengaruh dari daerah lain serta negara yang lain yang bisa disebut sebagai perbedaan budaya. Pengaruh-pengaruh tersebut diantaranya adalah pertukaran perdagangan, pola pemikiran, serta aspek-aspek kebudayaan lain yang biasa disebut dengan globalisasi.

Pada konsep pemahaman perbedaan budaya, orang dituntut untuk mengerti dan menyadari perbedaan budaya yang mencakup adat istiadat, kebiasaan, norma hukum, bahasa, dan cara berkomunikasi. Tuntutan itu digunakan untuk menghindari salah paham yang dapat menimbulkan konflik (Priambada, 2011). Perbedaan budaya menciptakan nilai untuk menentukan alternatif yang dapat sama-sama diterima oleh masing-masing budaya di setiap kelompok. Pemahaman akan perbedaan budaya merupakan bentuk interaksi antara satu budaya dengan budaya yang lain yang memberikan dampak atau pengaruh terhadap budaya lainnya. Pemahaman perbedaan budaya sangat diperlukan bagi para pemimpin daerah yang sedang bertugas di tempatnya.

Baca Juga :  Kari Kambing Khas Bireuen Jadi Favorite Manjakan Lidah Menu Buka Puasa di Bulan Ramadhan

Keragaman budaya lokal di Indonesia adalah harta yang tak ternilai. Perilaku individu, kelompok, dan organisasi selalu terkait dan dipengaruhi oleh budaya lokal. Menurut kondisi ini, banyak teori dan sains terutama dalam masalah perilaku organisasi yang dihasilkan dari studi di luar negeri yang mengadopsi nilai-nilai dan budaya dari masing-masing daerah. Salah satu dari banyak perilaku individu yang paling menarik perhatian saat ini adalah pada Bahasa kepemimpinan.

Gaya Komunikasi Kepimpin Gubenur Aceh H. MUZAKIR MANAF (MUALEM) adalah gaya komunikasi yang katagori mempertahankan Budaya Aceh dalam sisi bahasa yang sering disampaikan dalam pesan pidatonya dalam bahasa daerah bek syeh syoh, bek karu. Jipeo ma jih kom boh.weh weuh geutanyo dan dimanapun pidato itu selalu ada menggunakan bahasa daerahnya. Perkataan ini enteng diucapkan tapi berefek besar dalam memaknai dalam mempertahankan budaya Aceh dalam bidang bahasa. Bahasa merupakan landasan identitas budaya suatu masyarakat. Setiap kata dan ungkapannya mengandung nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Bahasa memungkinkan individu untuk mengekspresikan identitasnya, melestarikan warisan budayanya, dan merayakan keunikannya dalam dunia yang semakin saling terhubung.

Baca Juga :  Mualem Bisa Mulai Dari Pembenahan BPMA & BPKS

Semua bahasa mengandung jejak sejarah dan perkembangan kebudayaan. Perubahan bahasa sering kali mencerminkan peristiwa sejarah, migrasi, penjajahan, dan interaksi budaya yang membentuk identitas suatu masyarakat. Bahasa tidak hanya menyampaikan makna harafiah, tetapi juga norma budaya, nilai, dan norma sosial suatu masyarakat. Bahasa, melalui penggunaan kata-kata, ungkapan, dan idiom, mencerminkan pandangan dunia dan keyakinan yang mendasari cara berpikir kelompok manusia daerahnya masing-masing.

Lebih dari 7.000 bahasa digunakan di seluruh dunia, masing-masing mencerminkan keragaman budaya manusia. Bahasa-bahasa ini mengungkapkan kekayaan warisan budaya dari berbagai suku, masyarakat, dan kelompok di seluruh dunia. Pentingnya memahami dan menghargai perbedaan bahasa guna melestarikan dan memelihara keanekaragaman budaya.

Penulis yakin, masyarakat Aceh berharap dibawah kepemimpinan gubenur Aceh bisa membangkitkan budaya-budaya leluhur dari segi bahasa namun semua aspek bahkan bisa memasukan kurikulum lokal khususan Aceh di dinas Pendidikan dan Lembaga Lembaga Pendidikan yang ada di Aceh.

(Penulis : Muhammad Johan, S.Pd., M.Pd, Kepala SMAN 2 Seunuddon, Aceh Utara)

Berita Terkait

Dr. Iswadi: Pendidikan adalah Kunci Transformasi dan Kemajuan Bangsa
Dua Dekade Damai Aceh, Keadilan yang Tertunda
Gerilyawan di Balik Meja Tenaga Ahli DPR RI dan Ancaman Senyap bagi Kepala Daerah Baru
Ada Apa Dengan Kota Langsa
Kari Kambing Khas Bireuen Jadi Favorite Manjakan Lidah Menu Buka Puasa di Bulan Ramadhan
Berbuka Puasa dengan Kurma, Ini Keistimewaannya
Aneuk Meutuwah
Adap Dulu, Baru Ilmu
Berita ini 18 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 9 Oktober 2025 - 09:30 WIB

Dr. Iswadi: Pendidikan adalah Kunci Transformasi dan Kemajuan Bangsa

Jumat, 15 Agustus 2025 - 18:57 WIB

Dua Dekade Damai Aceh, Keadilan yang Tertunda

Jumat, 9 Mei 2025 - 10:23 WIB

Gerilyawan di Balik Meja Tenaga Ahli DPR RI dan Ancaman Senyap bagi Kepala Daerah Baru

Kamis, 24 April 2025 - 23:25 WIB

Ada Apa Dengan Kota Langsa

Selasa, 25 Maret 2025 - 10:04 WIB

Kari Kambing Khas Bireuen Jadi Favorite Manjakan Lidah Menu Buka Puasa di Bulan Ramadhan

Berita Terbaru

Langsa

Santunan FORSIBA Peduli untuk Panti Asuhan YPPAN

Senin, 27 Okt 2025 - 00:15 WIB

Aceh Besar

Satpol PP-WH Aceh Besar dan Banda Aceh Gelar Patroli Gabungan 

Minggu, 26 Okt 2025 - 20:31 WIB

Langsa

Jelang HSP, KNPI Langsa Gelar Festival Seni Budaya

Minggu, 26 Okt 2025 - 12:38 WIB