Meulaboh | Atjeh Terkini.id – Anggota DPRK Aceh Barat dari Partai Golkar Dapil 4, Syukur, memberikan apresiasi tinggi terhadap kegiatan pelestarian kesenian tradisional Rapa’i Tuha yang digelar di Desa Ketambang, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat.
Dalam kunjungannya, Syukur menegaskan bahwa pelestarian budaya lokal seperti Rapa’i Tuha harus mendapat perhatian serius, terutama di tengah arus modernisasi dan dominasi hiburan seremonial yang makin menggerus nilai-nilai tradisi.
“Budaya seperti Rapa’i Tuha adalah akar dari identitas kita sebagai orang Aceh. Jika dibiarkan tanpa dukungan, kita bisa kehilangan bagian penting dari sejarah dan nilai spiritual yang terkandung di dalamnya,” ujar Syukur kepada awak media, Minggu (25/5/25).
Menurutnya, Rapa’i Tuha sendiri merupakan salah satu bentuk kesenian religius khas Aceh yang telah ada sejak masa kerajaan. Dengan irama khas dan lirik-lirik bernuansa islami, seni ini bukan hanya hiburan, tetapi juga media dakwah dan penguatan spiritual masyarakat.
“Sayangnya, seiring berjalannya waktu, eksistensi Rapa’i Tuha kian terpinggirkan. Minimnya minat generasi muda serta kurangnya dukungan pemerintah menjadi tantangan utama bagi pelestariannya,” ujar Syukur.
Syukur menegaskan bahwa semua jenis kesenian lokal harus mendapatkan perlakuan yang adil, tanpa memandang popularitas. Ia pun berkomitmen untuk membawa isu pelestarian Rapa’i Tuha ke ranah legislatif agar mendapat perhatian dan kebijakan nyata dari pemerintah daerah.
“Kita tidak bisa hanya mendukung kesenian yang populer. Setiap elemen budaya lokal memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan jati diri bangsa. Saya akan perjuangkan agar pelestarian seperti ini tidak berhenti di tataran wacana, tapi ditindaklanjuti dalam bentuk program dan anggaran,” tegasnya.
Dengan komitmen tersebut, diharapkan pemerintah daerah dapat lebih responsif terhadap upaya pelestarian budaya, sehingga warisan berharga seperti Rapa’i Tuha tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.
Sementara itu, di Desa Ketambang, sosok Tgk Dolah yang dikenal dengan nama asli Syakubat (70) masih setia merawat warisan budaya ini. Ia bersama para kalifah Rapa’i Tuha dari mukim Manjeng dan mukim Lango rutin berkumpul setiap malam Minggu di balai desa.
Di sana, mereka berlatih dan merawat alat musik rapa’i dengan penuh dedikasi. Tampak Tgk Dolah tengah memasukkan rotan ke dalam baloh rapa’i, lingkaran kayu khas yang menjadi bagian penting alat musik tersebut.
“Jino kanit ureung yang galak keu Rapa’i Tuha, karena nyo ken Rapa’i Geleng yang ditampilkan bak acara Resepsi pernikahan dan pemerintah (Sekarang hanya sedikit orang yang menyukai Rapa’i Tuha, karena yang sering ditampilkan dalam acara resepsi pernikahan dan kegiatan pemerintah adalah Rapa’i Geleng.),” keluh Tgk Dolah. mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi saat ini. (TTM)