Aceh Barat | Atjeh Terkini.id – Deru mesin ekskavator di Pante Ceureumen bukan sekadar suara tambang, tapi denyut hidup ribuan warga. Namun kini tak lagi tersisa, hanya harapan hampa bagi para pejuang keluarga.
Di tengah teriknya matahari, salah seorang pekerja tambang Sulaiman (42) mengaku cemas. Harapannya pupus mencari nafkah untuk kebutuhan hidup sehari hari.
“Kalau tambang ditutup, saya benar-benar tidak tahu harus mencari nafkah di mana. Dari sinilah saya bisa menyekolahkan tiga anak,” ujarnya lirih, Senin (29/9/2025).
Ribuan Orang Bergantung Hidup
Saat ini terdapat 25 unit ekskavator yang beroperasi di Pante Ceureumen. Semua dimiliki masyarakat setempat, dibeli secara patungan atau kredit, tanpa keterlibatan pihak luar. Setiap ekskavator mempekerjakan 20–25 orang. Artinya, lebih dari 400 kepala keluarga langsung bergantung pada tambang rakyat, belum termasuk pedagang, tukang bengkel, pemilik warung, hingga sopir angkutan.
“Kalau dihitung, bisa ribuan orang yang hidupnya terbantu dari tambang rakyat di sini,” kata Dek Gam, tokoh masyarakat Pante Ceureumen.
Jeritan Janda Asbuk Mini
Bukan hanya pekerja tambang laki-laki yang resah. Para janda yang sehari-hari mengais rezeki dari asbuk mini—sisa material tambang yang dicuci manual untuk mencari butiran emas juga menjerit.
“Kalau tambang ditutup, habis sudah harapan kami. Dari asbuk mini inilah saya bisa beli beras dan bayar sekolah anak. Kami janda mau kerja apa lagi?” ucap Fitri (38), salah seorang janda penambang dengan mata berkaca-kaca.
Bagi mereka, asbuk mini adalah jalan terakhir untuk bertahan hidup, meski hasilnya tak seberapa. “Kadang dapat seratus ribu, kadang kurang. Tapi cukup untuk makan anak-anak. Kalau ditutup, kami benar-benar terpuruk,” tambahnya.
Mendorong Pembangunan Kampung
Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan keluarga, hasil tambang sudah banyak membantu pembangunan. Masjid megah berdiri dari gotong royong penambang, rumah fakir miskin dan anak yatim ikut tersentuh, serta dana hasil tambang turut mendukung pembangunan irigasi, jalan, dan jembatan.
Membantah Tuduhan Pansus DPRA
Dek Gam menegaskan tudingan adanya setoran dana ke pihak keamanan tidak benar. “Selama ini kami tidak pernah menyetor uang. Semua hasil tambang kembali ke masyarakat,” tegasnya.
Nafas Ekonomi Terancam Padam
Namun kini, nafas ekonomi itu terancam. Pemerintah berencana menutup tambang rakyat. Kebijakan ini membuat masyarakat resah.
“Kami butuh pembinaan, bukan penutupan. Kalau ditutup, sama saja pemerintah sengaja menambah pengangguran di Aceh,” ungkap Dek Gam.
Bagi Sulaiman, Fitri, dan ribuan warga Pante Ceureumen lainnya, tambang rakyat adalah satu-satunya harapan. Mereka ingin pemerintah hadir bukan untuk mematikan usaha, melainkan membimbing agar tambang rakyat bisa berjalan sesuai aturan, ramah lingkungan, dan tetap menjadi sumber penghidupan masyarakat kecil.(**)