Meulaboh | Atjeh Terkini.id – Pertandingan final turnamen sepak bola dalam rangka memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia di Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat berlangsung ricuh di lapangan Bola Kaki Pasi Jambu., Sabtu (16/8/2025).
Laga kedua tim Padang Sikabu versus Pasi Jambu, terpaksa dihentikan pada menit-menit akhir babak pertama oleh wasit, setelah kericuhan penonton pecah, dan tim Padang Sikabu menyatakan tidak bersedia melanjutkan pertandingan.
Ketegangan bermula ketika pertandingan berlangsung sengit menjelang turun minum. Sorakan dan teriakan penonton semakin memanas, hingga sejumlah orang menerobos pembatas dan memasuki lapangan.
Suasana menjadi kacau setelah ratusan penonton lainnya ikut masuk. Wasit pun meniup peluit panjang menghentikan laga demi keamanan pemain dan ofisial.
Panitia bersama aparat keamanan bergerak cepat mengevakuasi pemain ke tepi lapangan, sementara massa terus berdesakan. Namun, kondisi makin rumit ketika tim Padang Sikabu menolak melanjutkan laga. Mereka menilai situasi tidak kondusif dan membahayakan keselamatan pemain.
“Kami tidak bisa melanjutkan pertandingan dalam kondisi seperti ini. Keselamatan pemain harus diutamakan,” tegas perwakilan tim Padang Sikabu usai insiden.
Keputusan itu membuat laga final yang seharusnya menjadi puncak perayaan HUT RI ke-80 di Kaway XVI berakhir antiklimaks. Ribuan warga yang memadati Lapangan Pasi Jambu pun tampak kecewa karena pertandingan idola mereka tak bisa dituntaskan.
Hingga malam ini, panitia turnamen bersama pihak Muspika Kaway XVI masih melakukan musyawarah untuk menentukan sikap resmi, apakah pertandingan final akan dijadwal ulang, dinyatakan berakhir, atau diputuskan dengan aturan teknis turnamen.
Turnamen sepak bola HUT RI ke-80 di Kaway XVI sejatinya berlangsung meriah sejak awal Agustus, dengan diikuti puluhan tim dari berbagai gampong. Partai final yang mempertemukan Padang Sikabu melawan lawannya ini diharapkan menjadi ajang penutup yang spektakuler.
Namun, insiden kericuhan penonton serta keputusan tim Padang Sikabu untuk mundur dari pertandingan justru mencoreng kemeriahan perayaan kemerdekaan.(**)