Para pemenang dari kategori Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru akhirnya diumumkan. Hadiah akan diserahkan pada Upacara Hari Guru Nasional dan HUT ke-80 PGRI, yang berlangsung di Banda Aceh pada 25 November 2025.
Dalam sambutannya, Murthalamuddin menegaskan bahwa guru tak lagi cukup hanya unggul secara administratif atau prestasi individu.
“Hari ini, anak-anak lebih percaya pada konten media sosial daripada guru. Karena itu, guru harus hadir dengan praktik baik yang nyata, yang mampu bersaing dengan narasi media sosial,” ujarnya.
Murthalamuddin mengingatkan bahwa perubahan besar perilaku siswa tidak bisa dihindari. “Nilai-nilai baru lahir dari apa yang mereka tonton, bukan dari apa yang guru ajarkan. Di sinilah guru harus kembali menjadi otoritas keilmuan,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya keteladanan bukan hanya pengetahuan. Kebenaran hari ini ditentukan oleh siapa yang paling banyak menyuarakan, bukan siapa yang paling benar. Maka guru tidak boleh kalah narasinya.
Prestasi Bukan Sekadar Gelar, Guru Harus Jadi Role Model
Plt Kadisdik menyinggung bahwa ke depan, pola penilaian guru berprestasi akan berubah.
“Prestasi bukan hanya soal menjadi juara. Pertanyaannya: apakah dia mampu memberi teladan, menggerakkan guru lain, dan melahirkan praktik baik yang bisa ditiru?” katanya.
Ia memberi contoh bagaimana banyak juara akademik tidak berkembang sebagai pemimpin. “Kemampuan intelektual tanpa kemampuan sosial membuat seseorang sulit menjadi penggerak.” ujarnya.
Murthalamuddin mengajak seluruh guru membuka diri terhadap perubahan dan kritik untuk kemajuan pendidikan Aceh
“Pendidikan Aceh sedang tidur nyenyak. Kita harus bangun bersama. Banda Aceh yang sudah maju harus memberi dampak bagi daerah lain.” jelasnya.
Di akhir acara, Murthalamuddin menegaskan bahwa kompetisi ini harus menjadi pemicu perubahan karakter guru Aceh, agar nilai-nilai positif tersebut dapat diwariskan langsung kepada peserta didik.
“Guru berprestasi harus mampu menjadi penggerak. Kita bukan mencari siapa yang paling hebat, tetapi siapa yang paling memberikan dampak, terutama bagi peserta didiknya,”
Ia menutup dengan ajakan, “Perbaiki sistem, buka diri terhadap kritik, dan jadilah cahaya bagi pendidikan Aceh. Karena masa depan anak-anak kita dipertaruhkan.” tutupnya. (**)















