Aceh Selatan | Atjeh Terkini.id – Pemilihan kepala desa (Pilchiksung) serentak 2025 di Aceh Selatan kian mendekat. Suasana politik di tingkat gampong terasa semakin hidup. Baliho calon terpampang di banyak titik, promosi digital memenuhi lini masa, sementara tim sukses bergerak dari pintu ke pintu dengan strategi yang terukur, ada yang berisik, ada yang senyap namun tak kalah efektif.
Lonjakan minat masyarakat untuk menjadi keuchik menjadi fenomena tersendiri tahun ini. Besarnya dana pembangunan desa dan kehadiran Koperasi Merah Putih sebagai motor ekonomi baru menjadi magnet yang membuat posisi keuchik dipandang strategis, bahkan menentukan wajah kesejahteraan desa di masa mendatang.
Namun, akademisi sekaligus pengurus MPD Pemuda ICMI Aceh, Hasbaini, SPd MPd mengingatkan bahwa kompetisi ini tidak boleh sekadar soal ambisi politik. Menurutnya, calon keuchik harus hadir membawa ide, gagasan, dan visi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, bukan sekadar popularitas sesaat.
“Keuchik itu amanah. Ia butuh kepemimpinan yang kuat, karakter yang teruji, dan integritas dalam mengelola setiap anggaran yang kelak dipertanggungjawabkan secara hukum,” tegasnya kepada AtjehTerkini.id Kamis (11/12/25).
Hasbaini menyoroti bahaya kampanye hitam, fitnah, hasutan, dan hoaks yang kerap muncul menjelang pesta demokrasi. Ia meminta para calon dan timses menahan diri agar tidak merusak nilai persaudaraan yang menjadi kekuatan masyarakat Aceh.
Ia mendorong para kandidat membangun branding politik yang positif, visi ekonomi desa yang jelas, pemberdayaan masyarakat yang konkret, serta pelayanan publik yang adil tanpa pandang bulu.
“Setelah pencoblosan, rangkul semua pihak, termasuk yang kalah. Desa hanya bisa maju jika semua kembali bersatu,” ujarnya.
Sementara itu, Pemkab Aceh Selatan telah menetapkan Pilchiksung 2025 akan digelar serentak di 151 gampong. Pemungutan suara dijadwalkan pada 18 Desember 2025, sesuai keputusan yang disahkan pada 13 Agustus lalu.
Pemerintah berharap Pilchiksung bukan hanya rutinitas enam tahunan, melainkan momentum lahirnya pemimpin desa yang visioner, bersih, dan mampu menuntun masyarakat menuju kesejahteraan yang lebih nyata.
(Khairul Miza)














