Aneuk Meutuwah

- Jurnalis

Senin, 3 Maret 2025 - 23:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Muhammad Johan, S.Pd., M.Pd (Kepala SMA Negeri 2 Seunuddon-Aceh Utara)

Pendidikan merupakan sarana penyebarluasan nilai-nilai ajaran agama yang menjadi perantara transformasi nilai dan ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai pencetus kebudayaan dan peradaban manusia. Apalagi di zaman modern seperti saat ini, umat Islam dihadapkan pada tantangan modernisme, terutama didorong oleh pengaruh kemajuan teknologi dan masuknya budaya asing.

Hal ini dapat dilihat dari semakin beragamnya tayangan televisi. Dari berbagai tayangan televisi tersebut selain mampu menambah variasi hiburan bagi pemirsanya, juga cukup banyak tayangan yang kurang mendidik yang ditayangkan di televisi. Menghadapi kenyataan tersebut, diperlukan adanya nilai-nilai pendidikan yang mampu mewujudkan dan mengembalikan perilaku individu kepada nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai pendidikan mampu mempengaruhi perilaku berupa watak dan karakter seseorang serta membentuk dan mempengaruhi ke arah yang lebih baik atau ke arah yang buruk. Pada dasarnya akhlak dan karakter berorientasi pada nilai spiritual, nilai kemanusiaan dan lingkungan. Nilai-nilai tersebut sejak dulu sudah ada dan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Nilai pendidikan merupakan sarana penyebaran nilai-nilai ajaran agama yang menjadi perantara transformasi nilai dan ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai pencetus kebudayaan dan peradaban manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat nilai pendidikan bukan hanya sekedar proses transformasi ilmu dan pengetahuan, tetapi juga bertujuan untuk membentuk dan menanamkan generasi yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur.

Baca Juga :  352 Murid Baru Tempuh Pendidikan di SMP Negeri 3 Langsa, Begini Kata Kepsek

Masyarakat Aceh yang terkenal dengan sebutan Serambi Makkah, dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas segala kegiatan dan tindakan dari nilai-nilai syariat Islam. Qanun Aceh masa dulu Iskandar Muda yang menjadi pegangan masyarakat baik dalam bentuk adat istiadat dan budaya juga diwarnai dengan nilai syariat Islam.

Salah satu tradisi orang tua di aceh memberikan nilai Pendidikan akhlak melalui pesan pada anaknya seperti _”Beu meutuwah”_ dan sering juga di ucapkan oleh masyarakat Aceh “Meunyoe jeut tapeulaku boh labu jeut ke asoe kaya. Meunyoe hanjeut tapeulaku aneuk teungku jeut keu beulaga” (Hadih Madja). Dari Hadih Madja itu tersirat nilai nilai dalam kehidupan untuk menjaga anak dengan lingkungan keluarga yang baik untuk mendidik dengan benar.

Sedangkan contoh tafa’ul dalam bahasa Aceh adalah kebiasaan orang Aceh adalah memanggil anaknya yang melakukan kesalahan dengan panggilan aneuk meutuwah (anak yang bertuah) leupah jroeh gata (baik sekali kamu), padahal jelas-jelas anak tersebut barusan melakukan kesalahan. Anak dipanggil dengan panggilan yang baik sebagai doa bagi anak tersebut supaya tidak melakukan kesalahan lagi.

Baca Juga :  Pangdam Iskandar Muda Tinjau Latihan Menembak Senjata Berat

Keberagaman budaya dalam tutur kata dan perilaku adalah menjadi filosofi kehidupan orang Aceh.banyak sekali dalam mengarahkan anak dan lingkungan untuk lebih baik selain dengan Bahasa Bahasa yang lembut juga seni lain seperti musik yang indentik islami, Aceh juga sangat identik dengan sastra atau peribahasa (seni tutur). Dari berbagai sumber, semenjak Aceh dikenal pada abad ke-9 sastra sudah sangat berkembang di Aceh. Akan tetapi sulit menemukan jawaban yang pasti bagaimana sejarah sastra di Aceh, mengingat sangat sedikit sejarah yang mencatat secara detail bagaimana perjalanan sastra di Aceh. Namun, sastra itu terus berkembang hingga sekarang, walaupun hanya sebagian kecil dari masyarakat Aceh yang masih memperdulikannya.

Jadi panggilan aneuk meutuwah adalah salah satu nilai Pendidikan sangat bagus yang bersumber dari syariat islam Semisal dalam bahasa Aceh; aneuk meutuwah, boh hate loen, sayang loen dan lain-lain. Bahkan diksi-diksi tersebut disamping memiliki filosofi kedekatan hubungan orangtua dengan anak, juga memperkenalkan identitas budaya kepada anak. yang perlu kita wariskan pada generasi kita sebagai turun menurun agar budaya kita tidak luntur di kemuadian hari budaya-budaya panggilan ini perlu kita lestarikan jaga bersama bagi orang tua, guru, tengku Pengajian dan sebagai orang Aceh. [***]

Berita Terkait

Dua Prodi STAIN Meulaboh Raih Akreditasi Unggul dan Baik Sekali
Muzakkir Samidan, Profesor Alumni Pertama IAIN Langsa
Wakil Walikota Langsa Pimpin Upacara Hari Santri Nasional 2025
IAIN Langsa Gelar Upacara Peringatan Hari Santri 2025
Wakil Rektor I IAIN Langsa Buka Workshop Penyusunan RPS OBE 2025
Universitas Samudra Langsa Wisuda 677 Mahasiswa, 6 Orang Lulusan Terbaik 
Hadiri Wisuda, Ketua IKA Unsam : Tahun 2022 hingga 2025, Sebanyak 3541 Alumni.
Polres Lhokseumawe MoU dengan UIN Sultanah Nahrasiyah, Perkuat Sinergi Pendidikan dan PKM
Berita ini 36 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 26 Oktober 2025 - 08:10 WIB

Dua Prodi STAIN Meulaboh Raih Akreditasi Unggul dan Baik Sekali

Jumat, 24 Oktober 2025 - 11:13 WIB

Muzakkir Samidan, Profesor Alumni Pertama IAIN Langsa

Rabu, 22 Oktober 2025 - 12:54 WIB

Wakil Walikota Langsa Pimpin Upacara Hari Santri Nasional 2025

Rabu, 22 Oktober 2025 - 11:39 WIB

IAIN Langsa Gelar Upacara Peringatan Hari Santri 2025

Selasa, 21 Oktober 2025 - 19:57 WIB

Wakil Rektor I IAIN Langsa Buka Workshop Penyusunan RPS OBE 2025

Berita Terbaru

Langsa

Santunan FORSIBA Peduli untuk Panti Asuhan YPPAN

Senin, 27 Okt 2025 - 00:15 WIB

Aceh Besar

Satpol PP-WH Aceh Besar dan Banda Aceh Gelar Patroli Gabungan 

Minggu, 26 Okt 2025 - 20:31 WIB

Langsa

Jelang HSP, KNPI Langsa Gelar Festival Seni Budaya

Minggu, 26 Okt 2025 - 12:38 WIB