Banda Aceh I Atjeh Terkini.id- Dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting di Aceh, Perwakilan BKKBN Provinsi Aceh menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING)” bersama mitra pentahelix, termasuk media, akademisi, komunitas, dan organisasi masyarakat.
Kegiatan berlangsung pada Selasa, 11 November 2025, pukul 15.00 hingga 17.00 WIB, di BARA KOPI – Jl. Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.
FGD ini menjadi forum strategis untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam mendampingi keluarga berisiko stunting melalui pendekatan gotong royong, berbasis data, dan partisipasi publik.
Dari Aceh Besar untuk Aceh: Gerakan Nyata Orang Tua Asuh
Diskusi dibuka oleh Ketua Tim Kerja Hakiemas yang memperkenalkan konsep dan komponen utama program GENTING, mulai dari latar belakang, tujuan, sasaran, hingga bentuk bantuan utama dan pendukung bagi keluarga berisiko stunting.
Selanjutnya, Drs. Fadhlan, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPP dan PA) Kabupaten Aceh Besar, memaparkan perjalanan program GENTING di wilayahnya. Berdasarkan hasil Pendataan Keluarga 2024, terdapat sekitar 2.600 keluarga berisiko stunting di Aceh Besar, sebagian besar di antaranya juga tergolong keluarga miskin.
“Melalui gerakan nasional Orang Tua Asuh Cegah Stunting, kami menggerakkan potensi internal ASN dan penyuluh KB di lingkungan Dinas P3A dan KB Aceh Besar untuk memberikan bantuan bahan pangan bergizi kepada keluarga berisiko stunting di sekitar mereka,” ujar Fadhlan.
GENTING Bukan Sekadar Program, Tapi Gerakan Bersama
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Aceh, Safrina Salim, SKM., M.Kes., memimpin jalannya diskusi dan menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sosialisasi, melainkan forum aksi kolaboratif.
“FGD ini bukan seremoni, tapi ruang partisipasi. Kita semua diundang untuk berpendapat dan berkontribusi, karena penurunan stunting bukan tugas satu instansi. Dibutuhkan keterlibatan seluruh unsur pentahelix baik itu pemerintah, masyarakat, akademisi, media, dan dunia usaha,” tegas Safrina.
Ia menambahkan, Aceh memiliki 38.004 keluarga berisiko stunting, dan sekitar 2.000 di antaranya telah tertangani di Aceh Besar. Pendampingan dilakukan secara terpadu melalui Posyandu dan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2K), yang aktif mengawal keluarga dan desa berisiko tinggi.
Ia juga menegaskan pentingnya input data dan liputan media dalam Sistem Informasi Keluarga (SIGA) nasional sebagai bahan evaluasi program stunting berbasis bukti.
Peran Media dan Kolaborasi Pentahelix
Dalam sesi dialog, media dan mitra strategis turut memberikan pandangan konstruktif. Mustajab dari Kompas TV Aceh mengusulkan agar BKKBN menjalin kerja sama kelembagaan dengan organisasi pers resmi seperti PWI, AJI, IJTI, dan PFI, guna memperkuat komunikasi publik dan mempermudah koordinasi dalam penyebaran informasi terkait program percepatan penurunan stunting.
“Media memiliki tanggung jawab moral untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi, sanitasi, dan air bersih. Dengan kerja sama kelembagaan, pesan-pesan edukatif bisa tersampaikan lebih luas dan berdampak nyata,” ujarnya.
Fokus Strategi: 1.000 HPK dan Keluarga Berencana
Melalui gerakan GENTING, fokus utama diarahkan pada 38.004 keluarga berisiko stunting, dengan perhatian khusus pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pendekatan dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan pemerintah daerah, TP PKK, bidan, dan pendamping keluarga untuk memastikan pemenuhan gizi, sanitasi, serta kesehatan ibu hamil dan anak balita.
Program ini juga menegaskan pentingnya Keluarga Berencana (KB) sebagai bagian integral dari upaya mencegah stunting dan memastikan pertumbuhan populasi yang sehat dan terkendali.
“Keluarga yang berdaya dan terencana akan melahirkan generasi yang kuat. Itulah semangat GENTING, gerakan dari keluarga untuk masa depan,” tutup Safrina Salim.
Tentang Program GENTING
Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) adalah inisiatif nasional Kemendukbangga/BKKBN yang melibatkan unsur pentahelix (pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media) untuk memperkuat pendampingan keluarga berisiko stunting melalui edukasi gizi, bantuan pangan, dan kampanye perilaku hidup bersih dan sehat.
Program ini meneguhkan semangat gotong royong sosial dan kolaborasi lintas sektor demi melahirkan generasi yang sehat, produktif, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045 (dril)














