Langsa | Atjeh Terkini.id – Walikota Langsa Jeffry Sentana S Putra SE menghadiri kegiatan One Planet City Challenge (OPCC) di Ballroom Swiss-Belhotel Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, Kamis (24/07/2025).
Jeffry Sentana kepada wartawan, Jumat (25/7/2035) mengatakan, OPCC ini merupakan bagian dari gerakan dunia dalam mengurangi emisi karbon, memperkuat ketahanan iklim, serta mendorong energi bersih, tata kota ramah lingkungan serta mengurangi emisi melalui pengelolaan sampah dan pemanfaatan mangrove.
“Kami ikuti sebagai bentuk komitmen Kota Langsa dalam menjawab tantangan perubahan iklim dan membangun masa depan kota yang lebih berkelanjutan, hijau dan resilien,” papar Jeffry.
Menurutnya, pembangunan tidak hanya soal infrastruktur, tapi juga bagaimana menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi, kualitas hidup masyarakat, dan kelestarian lingkungan kita.
“Melalui partisipasi di OPCC, kami ingin memperlihatkan bahwa Langsa, bergerak menjadi contoh baik dalam tata kelola lingkungan hidup yang visioner dan bertanggung jawab,” ungkap Jeffry Sentana.
Sebelumnya pada pembukaan kegiatan tersebut yang dirilis oleh media Klikwarta, bahwa Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto meminta seluruh kepala daerah memahami isu perubahan iklim dan pengurangan gas emisi. Apalagi saat ini, isu tersebut tengah menjadi sorotan dunia karena dampaknya yang luas bagi masyarakat dan lingkungan.

“Kepala daerah 80 persen baru dan kita lihat komposisi kepala daerah ini muda. Jadi, pekerjaan kita adalah bagaimana mengutamakan isu yang dirasakan tidak dekat dengan keseharian, namun hari ini menjadi isu yang diminati oleh kaum muda,” kata Bima.
Bima menambahkan, untuk dapat memahami kedua isu tersebut, pemerintah daerah (Pemda) harus menggandeng banyak pihak yang fokus terhadap isu lingkungan hidup. Menurutnya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Lingkungan Hidup berperan penting dalam menangani persoalan ini.
Ia mencontohkan, saat menjabat Walikota Bogor, ia pernah menjalin kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) maupun lembaga kajian untuk menangani persoalan lingkungan.
“Jadi saya kira di samping peningkatan kapasitas kepada aparatur yang juga sangat penting adalah mari kita buka ruang untuk berkolaborasi dengan kampus, [lembaga] think tank, dan lembaga kajian yang bisa membantu,” ujarnya.
Bima menjelaskan, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) berperan dalam supervisi terhadap Pemda. Kemendagri akan terus berkomunikasi dengan seluruh sekretaris daerah (sekda) agar berkoordinasi dengan perangkat daerah terkait, terutama dalam menyelaraskan program sesuai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) di bidang lingkungan hidup.
“Harus nyambung [program kerjanya] karena tidak semua difokuskan pada Dinas Lingkungan Hidup atau Bappeda, jadi pendekatannya harus betul-betul komprehensif,” imbuhnya.
Selain itu, Bima juga menyinggung perlunya membuka ruang pendanaan bagi publik maupun sektor swasta yang ingin berkontribusi dalam program lingkungan hidup. Penting pula melakukan kampanye yang melibatkan berbagai pihak seperti asosiasi yang peduli terhadap lingkungan hidup, termasuk keterlibatan figur publik.
“Insyaallah saya siap untuk menjadi jembatan penghubung dari daerah-daerah dari teman-teman CSO (Organisasi Masyarakat Sipil) agar hubungan kita tidak pernah luntur dan kendor terkait dengan target pengurangan gas emisi,” pungkasnya.
Hadir CEO World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Aditya Bayunanda, Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) Alwis Rustam, para Kepala Bappeda dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup kota, serta pejabat terkait lainnya.(**)
















